Susmintari Dwi Ratnaningtyas

Karena yang terucap akan mudah lenyap dan yang tertulis akan abadi seperti prasasti....

Selengkapnya
Navigasi Web

31. PURNAMA TANPA NAMA

(Tantangan hari ke-177)

         #TantanganGurusiana

 

 “Bun, tolong ajak Mbak Rusmi masuk. Bantulah kami dengan doa, semoga Allah memudahkan langkah kita untuk segera menemukan Purnama. Masalah ini, biar kami para lelaki yang menangani. Pihak kepolisian juga sudah bergerak. Pergerakan mereka sudah mulai bisa dideteksi. Tapi kita tetap harus berhati-hati,” kata Dahlan kepada Bunda Hasna sesaat kemudian. Dia tak ingin membebani hati dua perempuan itu dengan kepedihan yang semakin mendalam.

Jatmiko menyebut satu lokasi yang kemudian diteruskan Dahlan kepada pihak kepolisian. Selanjutnya ketiga lelaki itu, Dahlan, Jatmiko, dan Pakde Jito terlihat bermusyawarah dengan serius. Bintang yang mencoba mencari tahu ada apa, diberi pengertian oleh Dahlan dengan pemahaman yang mampu Bintang capai. “Doakan yang terbaik untuk Mbak Nana ya. Semoga dengan keikhlasan dan ketulusan doa Bintang, Mbak Nana segera ditemukan dalam keadaan sehat tak kurang suatu apa.” Bintang mengangguk mengerti, digandengnya Mentari untuk menjauh. Dia tak ingin adiknya yang masih kecil itu terbebani dengan permasalahan ini.

Mobil yang membawa Purnama berbelok ke sebuah rumah dengan pekarangan yang luas. Rumah yang terletak jauh dari permukiman penduduk itu nampak lengang. Purnama belum sadarkan diri ketika mobil berhenti. Semua penumpang turun, ketika seorang perempuan tua berjalan ke arah mobil mereka. Tanpa bicara, seolah sudah paham apa yang harus dia kerjakan.

Purnama tersadar ketika dia sudah berada di sebuah kamar. Tidak terlalu luas, hanya ada satu lemari tanggung, satu dipan untuk tidur satu orang, meja dan dua kursi. Dia mencoba mengingat yang terjadi. Air matanya perlahan bergulir di pipinya yang terasa panas. Dia tahu, teman-temannya pasti khawatir. Saat ini pasti keluarganya juga panik. Dia tak begitu memedulikan dirinya sendiri, hanya orang-orang yang dicintainya yang terpikirkan. Pandangan Purnama terarah ke satu pintu di ruang itu. Pintu kamar mandi. Dia bangkit, menuju kamar mandi. Setelahnya, diambilnya air wudhu. Segarnya air memberikan energi baru pada semangatnya. Semangat untuk bisa lepas dari jeratan kejahatan ini. Atau apa pun namanya. Dia ingin pulang, bertemu dengan ibu dan adiknya. Memohon maaf atas kekakuan hatinya selama ini.

Purnama mencari-cari mukena di lemari. Ketemu di tumpukan bawah, itu pun sudah terlalu pendek ketika dia kenakan. Untungnya ada sarung. Yang penting memenuhi syarat sah untuk salat. Sejurus kemudian penuh khusyu’ dia menunaikan salat dan berdoa. Tangisnya pecah, punggungnya terguncang menahan isak. Dia merasa sangat lemah, bahkan tak kuasa menolong dirinya sendiri. Sepenuh hati, Purnama memohon perlindungan dan pertolongan dari Allah, Sang Maha Agung pemilik hidup dan matinya.

Purnama masih terus melangitkan doanya. Bahkan tak menyadari ketika pintu terbuka. Perempuan tua yang tadi membawanya ke kamar ini meletakkan nampan berisi beberapa makanan. Ditunggunya Purnama sampai selesai berdoa.

“Sudah selesai berdoanya, Nduk. Makan dulu, kamu pasti lapar. Namaku Suminah. Kamu bisa memanggilku Mak Sum, seperti dulu anakku memanggilku,” kata perempuan tua itu sambil menerawang. Tatapan matanya kosong. Ada kesedihan mendalam yang dia rasakan.

“Sudah, Mak. Terima kasih. Saya minum saja. Rasanya perut saya tidak lapar. O, iya nama saya Purnama. Mak bisa memanggil saya Nana. Saya tidak tahu, apa alasan orang-orang tadi membawa saya kesini.” Purnama berkata pelan, mencoba menguatkan hatinya. Dia tak mau menilai Mak Sum ini tulus atau tidak. Bismillah, dia hanya perlu husnudzon saja pada ketentuan Allah atasnya saat ini dan berharap Mak Sum adalah perpanjangan pertolongan Allah untuknya.

Mak Sum menetapnya sekilas, sebelum kemudian mengalihkan pandangannya ke depan. Menyapu kabut haru di pelupuk matanya. Mata hati tuanya membisikkan sebuah kata tak tega untuk mengatakan yang sebenarnya. Cukup dia kehilangan anaknya. Tidak dengan Purnama. Kesantunan Purnama membuka kesadarannya untuk hengkang dari jaringan hitam ini. Mak Sum tak akan membiarkan Purnama terjebak. Sekuat yang ia mampu akan mengupayakan cara agar Purnama dapat lolos dari sini.

“Tadi Mak menemukan gawai ini di saku celanamu, sudah Mak charge juga. Biar Mak saja nanti yang simpan. Kamu bisa gunakan kalau saya ada kesempatan menemuimu. Sekarang masih ada waktu, kirimkan pesan saja kepada orang tuamu. Jangan memanggil, nanti membahayakanmu dan Mak. Cepatlah, karena Mak harus mengirim makanan kepada mereka,” kata Mak kepada Purnama. Purnama mengangguk, sambil menerima gawai dari Mak Sum. Namun wajahnya mendadak menjadi pucat pasi begitu melihat seseorang membuka pintu kamar tanpa mengetuknya.

(bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

keren pisan,,, ditunggu kelanjutan kisahnya,,, sukses selalu

09 Jul
Balas

Alhamdulillah, terima kasih Bapak. Mohon maaf baru sempat berkunjung. Net lagi tak bersahabat kemarin

10 Jul

Aduuhhhh, siapa ya yg buka pintu????? Penasaran juga... Keren Bund....

09 Jul
Balas

Terima kasih, Bunda. Salam literasi

09 Jul

Waduh... Gimana terus.... Hehe keren ukhti.. Semoga sehat selalu...

09 Jul
Balas

Aamiin. Terima kasih, ukhti

10 Jul

Alahmak, penulisnya piawai banget mengaduk-aduk emosi pembacanya. Kereeeen. Ditunggu lanjutannya jeng. Barokallah

09 Jul
Balas

Insyaallah, terima kasih suntikan motivasinya, Mbak ayuku

10 Jul

Moga Pur selamat ya bu

10 Jul
Balas

Penasaran.....ha..ha

09 Jul
Balas

Terima kasih, Bunda

10 Jul

Wah mantap nih cerpenya makin keren aka alurnya

09 Jul
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih, Bunda

10 Jul

duh Purnama...

09 Jul
Balas

Kasihan, ya Bunda. Terima kasih Bunda

10 Jul



search

New Post